Merapikan Kenangan

BOifeciCcAALHoN

Percakapan antara dua orang asing yang tak sengaja bertemu dalam imaji. Meski fiksi, pantas untuk direnungi.

“Kau pernah punya buku harian?”

“Ya, tentu.”

“Masih kau isi hingga sekarang?”

“Em, tidak juga. Kadang kuisi kadang tidak.”

“Pernah kau berfikir bahwa buku harian adalah satu-satunya hal yang mampu kau wariskan untuk generasi setelahmu?”

“Jujur… Tak pernah. Memang apa harganya sebuah buku harian?”

“Oh, jadi zaman sekarang semua diukur dari uang, ya?”

“Aku bicara realita.”

“Aku bicara hidup!”

“Sama saja.”

“Tidak, jika kamu berpola-fikir beda dengan kebanyakan orang.”

Out-of-the-box?”

“Sejenis itu.”

“Oke, jadi apa hubungannya dengan buku harian?”

“Hubungan? Menurutku lebih dari itu! Mereka satu ke-satuan. Tak bisa dipisahkan. Kau tak bisa menulis di buku harian tanpa hidup yang kau lalui. Dan hidup tak akan berarti banyak tanpa adanya buku harian.”

“Cih, bagaimana bisa?”

“Yang kau lakukan ketika menuliskan hidupmu adalah menyusuri ingatanmu beberapa jam lalu. Kadang membosankan tapi tak jarang mengasyikkan mengingat hal-hal yang terjadi seharian dalam hidupmu. Dari situ kau akan menyadari betapa banyak hal yang bisa kau dapatkan dalam sehari. Betapa hebatnya dirimu berubah setiap waktunya. Betapa kacaunya ingatanmu tanpa terekam dalam bentuk nyata di masa depan. Menulis sama dengan belajar, merekam dan bercerita di saat yang sama. Kau tentu ingin mengulas riwayat hidupmu kala senja datang, bukan?”

“Tentu. Tapi, bukannya cukup hanya melalui kamera?”

“Kamera? Terlalu instan dan kurang personal. Tak cukup mengeskpresikan tumpah-ruah perasaan kita.”

“Benar juga. Tapi aku… Aku tak terbiasa menulis.”

“Maka dari itu, biasakanlah! Barang satu kata-pun tak apa. Karena jelasnya, buku harian adalah satu dari sekian hal yang bisa kau wariskan untuk generasimu.”

“Jadi, aku harus menulis?”

“Ya. Menulislah. Menulislah untuk merapikan kenangan dan menulislah untuk keabadian.”

*

“Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” -Pramoedya Ananta Toer
Sidoarjo, 31 Juli 2013. 

8 thoughts on “Merapikan Kenangan

Leave a reply to elam Cancel reply